Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah penutup para Nabi. Tidak ada Nabi sesudahnya. Ini telah disepakati oleh kaum muslimin dan merupakan salah satu “aksioma” Islam.
Perhatikan hadits berikut,
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ « إِنَّ مَثَلِى وَمَثَلَ الأَنْبِيَاءِ مِنْ قَبْلِى كَمَثَلِ رَجُلٍ بَنَى بَيْتًا فَأَحْسَنَهُ وَأَجْمَلَهُ ، إِلاَّ مَوْضِعَ لَبِنَةٍ مِنْ زَاوِيَةٍ ، فَجَعَلَ النَّاسُ يَطُوفُونَ بِهِ وَيَعْجَبُونَ لَهُ ، وَيَقُولُونَ هَلاَّ وُضِعَتْ هَذِهِ اللَّبِنَةُ قَالَ فَأَنَا اللَّبِنَةُ ، وَأَنَا خَاتِمُ النَّبِيِّينَ »
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan aku dengan Nabi sebelumku ialah seperti seorang lelaki yang membangun sebuah bangunan kemudian ia memperindah dan mempercantik bangunan tersebut kecuali satu tempat batu bata di salah satu sudutnya. Orang-orang ketika itu mengitarinya, mereka kagum dan berkata, “Amboi, jika batu bata ini diletakkan, akulah batu bata itu dan aku adalah penutup para nabi.” (HR. Bukhari, no. 3535 dan Muslim, no. 2286)
Jadi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah menguatkan dan menyempurnakan ajaran sebelumnya. (Lihat Fiqh As-Sirah An-Nabawiyah, hlm. 34)
Ibnu Hajar rahimahullah menyatakan hadits di atas itu menunjukkan keutamaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari nabi lainnya dan Nabi Muhammad sendiri adalah nabi yang terakhir dan beliaulah yang menjadi penyempurna syari’at. (Fath Al-Bari, 6: 559)
Dalil lainnya yang menunjukkan Nabi Muhammad adalah penutup para nabi yaitu firman Allah,
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi.” (QS. Al-Ahzab: 40)
Dan tidaklah datang orang yang mengaku dirinya sebagai Nabi -sesudah beliau- kecuali mereka adalah dajjal/pendusta.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُبْعَثَ دَجَّالُونَ كَذَّابُونَ قَرِيبٌ مِنْ ثَلَاثِينَ كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ رَسُولُ اللَّهِ
“Tidak akan terjadi hari kiamat hingga mucul para dajjal/para pendusta, yang berjumlah sekitar 30-an. Mereka semua mengaku sebagai utusan Allah (Rasulullah).” (HR. Muslim, no. 157)
Dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
وَإِنَّهُ سَيَكُونُ فِي أُمَّتِي ثَلَاثُونَ كَذَّابُونَ كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ نَبِيٌّ وَأَنَا خَاتَمُ النَّبِيِّينَ لَا نَبِيَّ بَعْدِي
”Sesungguhnya akan ada pada umatku 30 orang pendusta yang mengaku Nabi. Padahal akulah penutup para nabi, tidak ada nabi lagi sesudahku.” (HR. Abu Daud, no. 4252; Muslim, no. 2889. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Ibnu Raslan rahimahullah menyatakan, “Nabi Muhammad adalah nabi yang terakhir, tidak ada lagi nabi setelah beliau. Turunnya Isa di akhir zaman adalah sebagai pendakwah pada syariat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ada ijma’ (sepakat) para ulama akan hal ini. Yang menyelisihi keyakinan ini adalah orang-orang zindiq dan falasifah (ahi filsafat).” (Syarh Sunan Abi Daud li Ibni Ruslan, 16: 674)
Baca selengkapnya tenting keistimewaan Nabi kita Muhammad:
Semoga bermanfaat.
Referensi:
Fath Al-Bari bi Syarh Shahih Al-Bukhari. Cetakan keempat, tahun 1432 H. Ibnu Hajar Al-Asqalani. Penerbit Dar Thiybah.
Fiqh As-Sirah An-Nabawiyah. Cetakan ke-24, tahun 1436 H. Syaikh Dr. Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthy. Penerbit Dar As-Salam.
Syarh Sunan Abi Daud li Ibni Ruslan. Cetakan pertama, tahun 1437 H. Ahmad bin Husain bin Hasan bin ‘Ali bin Yusuf bin ‘Ali bin Arsalan (Ibnu Raslan) Al-Maqdisi Ar-Ramli Asy-Syafi’i. Penerbit Darul Falah.
Referensi Terjemahan:
Sirah Nabawiyah. Cetakan keenam, tahun 1999. Syaikh Dr. Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthy. Penerbit Robbani Press.
—-
Disusun @ Perpus Rumaysho, Panggang, Gunungkidul, Jumat pagi, 13 Syawal 1438 H
Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.Com